Kamis, 02 Mei 2013

Kehilangan Keankeragaman (The Loss of Biodiversity)



THE LOSS OF BIDEIVERSITY

 

1. FRAGMENTASI DAN KERUSAKAN HABITAT

BERITA :


Perambah rusak kawasan hutan Bengkulu

Selasa, 22 Januari 2013 08:19 WIB | 1191 Views
Ilustrasi. Sisa penebangan pohon setelah terjadi perambahan di kawasan hutan lindung Barisan I, Aia Dingin Batu Gadang, Padang, Sumbar, Minggu (13/1). Berdasarkan UU RI no.41 tahun 1999, kawasan tersebut dinyatakan sebagai hutan lindung yang dilarang dirambah namun tetap ditemukan sejumlah kawasan yang rusak akibat pembukaan hutan untuk berladang. (FOTO ANTARA/Iggoy el Fitra)
       Bengkulu (ANTARA News) - Kerusakan kawasan hutan lindung di Provinsi Bengkulu, merupakan dampak dari perambahan dan peraktek illegal loging yang makin marak, khususnya di Bukit Sanggul Register 37 mencapai 2.760 Hektare dari luas seluruhnya tercatat 62.942 hektare, kata Kepala Seksi Wilayah II BKSDA Bengkulu Jaja Mulyana di Bengkulu, selasa. Ia mengatakan, untuk memantau kawasan hutan seluas itu hanya ada beberapa tenaga polisi kehutanan dan terbatasnya fasilitas pendukung operasional. "Kami sudah mengusulkan untuk penambahan polisi kehutanan dan fasilitas operasional karena kawasan hutan yang dijaga cukup luas," ujarnya.
          Dalam kawasan hutan di wilayah Seluma itu ada sekitar 11.607 hektare merupakan hutan konservasi yang menjadi tanggung jawab BKSDA. Hutan konservasi itu terdiri atas sembilan blok kawasan yaitu lima blok kawasan cagar alam dan sisanya merupakan hutan Taman wisata Alam (TWA). Untuk kawasan cagara alam terdiri atas Air Alas, Pasar Ngalam, Pasar Seluma, Pasar Talo dan cagar alam Dusun Besar di Kota Bengkulu. Sedangkan kawasan hutan Taman Wisata Alam (TWA) menjadi tanggung jawab seksi wilayah II terdiri atas TWA Pantai Panjang, TWA Pulau Baai, Way Hawang, Lubuk Tapi, dan hutan TWA Taman Buru Bukit Kabu seluas 9.031 hektare. Meskipun kekurangan tenaga polisi kehutanan, namun tetap melakukan operasi sesuai kemampuan personil yang ada, sedangkan jaranya cukup berjauhan, ujarnya.

Analisis :
Pengrusakan habitat flora dan fauna khususnya makhluk hidup sudah sangat sering terjadi. Kali ini hutan yang dirusakpun sangat sentral dan penting pengaruhnya, yakni hutan konservasi, cagar alam, dan hutan taman wisata.
Pengrusakan ini terjadi juga karena kesalahan pemerintah khusunya dinas kehutanan setempat yang mengerjakan polisi hutan yang tidak cukup dan tidak memadai. Semoga dinas kehutanan setempat mulai memperkerjakan polisi hutan yang lebih banyak agar pengrusakan terhadap hutan dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan.

2. INTRODUKSI SPECIES
BERITA :
Alien Species Ancam Ikan Endemik

Top of Form








http://www.suarapembaruan.com/News/2004/10/03/Iptek/ipt01.htm

          SALAH satu penyebab menurunnya keanekaragaman ikan asli adalah introduksi ikan asing atau alien species. Sayangnya, dampak negative dari introduksi ikan asing tersebut masih kurang mendapat perhatian. Padahal, berdasarkan pengalaman berbagai negara lain, dampak alien species sangat luas seperti berjangkitnya penyakit baru.
          Di Indonesia, menurut catatan, sekitar 19 jenis ikan asing telah diintroduksi ke perairan Indonesia. "Introduksi ikan asing selain dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan perairan, juga
menurunkan kualitas materi genetis lewat hibridisasi," kata Staf Pengajar Departemen Biologi dan Pusat Studi Biodiversitas dan Konservasi FMIPA UI, Sunarya Wargasasmita, dalam seminar di kampus IPB
Bogor baru-baru ini.
          Dampak lain, lanjutnya, dapat menimbulkan gangguan terhadap komunitas ikan asli serta membantu penyebaran penyakit dan parasit ikan. Bahkan, introduksi yang tanpa terkontrol itu dapat mengakibatkan kesulitan sosial ekonomi bagi petani ikan.
          Menurutnya, Indonesia memiliki keanekaragaman ikan air tawar tertinggi kedua di dunia sesudah Brasil. Tercatat ada sekitar 1.300 jenis ikan bermukim di perairan Indonesia dengan kepadatan populasi 0,72 jenis/100 km persegi. "Sayangnya, keanekaragaman tersebut sekarang menghadapi ancaman dari berbagai aktivitas manusia yang bisa menyebabkan punahnya ikan-ikan endemik," ujarnya.
          Lihat saja faktanya. Ternyata ada sekitar 87 jenis ikan Indonesia terancam punah. Dari jumlah itu, 66 spesies (75,9 persen) di antaranya adalah ikan tawar. Sebagian besar (68,2 persen) dari ikan
air tawar yang terancam punah itu merupakan ikan endemik. "Ikan-ikan tersebut akan punah bila tidak ada upaya konservasi," ujarnya.
          Apalagi berderet faktor lain yang tak kalah serunya seperti perubahan atau bahkan lenyapnya habitat. Lalu ada juga eksploitasi yang berlebihan, pencemaran, persaingan penggunaan air, dan pemanasan global. Kepunahan ikan air tawar, kata Sunarnya, sebagian besar disebabkan oleh perubahan atau lenyapnya habitat (35 persen), introduksi ikan asing (30 persen), dan eksploitasi yang berlebihan (4
persen). "Risiko yang paling berat adalah jika spesies ikan asing dapat berkembang biak dengan sangat cepat dan mengalahkan ikan asli dalam kompetisi pakan dan habitat. Hal ini bisa menurunkan populasi ikan asli," ujarnya.
          Penurunan populasi dan punahnya beberapa spesies ikan asli memberikan peluang berkembanganya populasi ikan asing tersebut. Selanjutnya ikan asing menjadi dominan dan komunitas ikan menjadi homogen.
Dampak yang ditimbulkan bisa berupa penurunan kualitas lingkungan perairan, gangguan terhadap komunitas ikan asli, penurunan kualitas materi genetis lewat hibridisasi, introduksi penyakit dan parasit ikan serta menimbulkan masalah sosial-ekonomi bagi nelayan di sekitarnya.
          Introduksi ikan asing bukan saja terjadi di Indonesia. Di negara lain pun tidak kalah hebatnya. Di AS misalnya, jika pada 1920 baru ada 6 jenis, tahun 1945 bertambah dengan 3 jenis. Lonjakan introduksi ikan asing terjadi setelah tahun 1950. Tahun 1980 sudah 50 jenis ikan asing diintroduksi.
          Beberapa ikan introduksi mampu memenangi persaingan dengan ikan asli, sehingga populasi ikan asli menurun bahkan musnah. Sebut saja dampak dari introduksi ikan redbreast sunfish (Lepomis auritus) yang pada akhirnya menggantikan ikan asli Alburnus alburnus di beberapa danau oligotrofik di Italia.
          Lalu, ikan Gambusia affinis yang terkenal dengan julukan fish destroyer karena dengan agresif mampu menggantikan ikan asli. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan nila (O. niloticus) dianggap sebagai suatu ancaman terhadap ikan asli di sejumlah Negara misalnya terhadap ikan belanak (Mugil cephalus) dan ikan bandeng (Chanos chanos) di Filipina.
          Begitu juga introduksi ikan nile perca (Lates niloticus) dari Sungai Nil ke Danau Victoria pada 1950 mengakibatkan 60 persen ikan endemic dari suku Cichlidae terancam punah. Demikian halnya, introduksi sejenis ikan pemangsa anak-anak ikan lain, Cichla occelaris, ke Danau Gatun, Panama pada tahun 1967. Terbukti, memusnahkan 8 dari 11 ikan asli dan menurunkan populasi dari 3 spesies lain sebanyak 75-90 persen.

Introduksi dua ikan pemakan plankton ke Danau Michigan, AS, telah menyebabkan penurunan populasi ikan endemik. Populasi New Zealand grayling (Protoctes oxyrhynchus), salah satu ikan endemik Selandia Baru, juga menurun setelah introduksi brown trout (Salmo trutta). Ikan endemik tersebut sekarang telah dianggap punah.
          Hasil analisis dari 31 studi kasus introduksi ikan asing ke perairan sungai menunjukkan 77 persen introduksi ikan asing mengakibatkan penurunan populasi ikan asli. Penurunan populasi merupakan proses awal menuju kepunahan spesies tertentu yang mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan berakhir dengan terbentuknya komunitas ikan yang homogen, yang didominasi ikan asing.
Apalagi jika yang diintroduksi itu ikan predator (pemangsa) maka dampaknya lebih berbahaya lagi. Ikan predator secara langsung dapat menurunkan populasi ikan yang menjadi mangsanya. Akibatnya, terjadi peningkatan pertumbuhan gulma akuatik bila yang dimangsa adalah ikan herbivor (pemakantumbuhan).
          Meskipun Ctenopharyngodon idella berhasil mengendalikan gulma air di AS, tetapi bisa mengakibatkan tumbuhan air nongulma ikut binasa sehingga anak-anak ikan kehilangan tempat berlindung. Juga introduksi Carassius auratus mengakibatkan peningkatan turbiditas (kekeruhan air) di Danau Mikri Prespa, Yunani. Jelas bahwa berbagai pengalaman buruk harus diwaspadai secara dini. Sebelum menyesal di kemudian hari, Sunarya menegaskan, introduksi ikan asing tidak boleh dilakukan tanpa didahului suatu penelitian yang mendalam mengenai dampak dan solusinya.

ANALISIS :
Menurut kami memang introduksi species ini sangat membahayakan keberadaan dan kelestarian spesies asli bahkan spesies endemic yang ada di Indonesia. Kita lihat saja dampak dan ancamannya yang telah kami analisis dari berita di atas, sbb.

·                     Penyebab menurunnya keanekaragaman ikan asli adalah introduksi ikan asing atau alien species.
·                     Introduksi ikan asing selain dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan perairan, juga menurunkan kualitas materi genetis lewat hibridisasi.
·                     Dampak lain, lanjutnya, dapat menimbulkan gangguan terhadap komunitas ikan asli serta membantu penyebaran penyakit dan parasit ikan. Bahkan, introduksi yang tanpa terkontrol itu dapat mengakibatkan kesulitan sosial ekonomi bagi petani ikan.
·                     Risiko yang paling berat adalah jika spesies ikan asing dapat berkembang biak dengan sangat cepat dan mengalahkan ikan asli dalam
kompetisi pakan dan habitat. Hal ini bisa menurunkan populasi ikan asli
·                     Introduksi penyakit dan parasit ikan.

Melihat dampak dan ancaman tersebut tentunya kita sebagai warga Negara yang cinta alam Indonesia harus dan wajib berusaha agar hal itu dapat dihindari.
          Memang introduksi spesies perlu dilakukan, namun kita juga harus mengontrol populasi dari spesies alien tersebut. Kita juga harus tetap mengutamakan spesies asli Indonesia agar anak cucu kita masih bisa mengetahui dan “menikmati” spesies asli kita yang terancam punah akibat introduksi species.
          Selain itu kita juga harus dapat mencegah introduksi species yang mengandung hama, parasit, dan penyakit yang kemungkinan besar akan ditularkan kepada spesies asli kita.

3. PENCEMARAN UDARA, AIR, DAN TANAH
BERITA :
Volume sampah naik 20 persen pada tahun baru
Rabu, 26 Desember 2012 22:31 WIB | 1252 Views
Seorang anak mengumpulkan benda-benda bekas dari sampah yang menumpuk di pintu air Manggarai, Jakarta, Rabu (22/8). Selama Lebaran 1433 Hijriah, volume sampah di DKI Jakarta turun drastis hingga 50%, jika pada hari biasa volume sampah mencapai 5.300 ton, saat hari pertama Lebaran (19/8), volume sampah hanya 2.420,48 ton. (ANTARA/Fanny Octavianus) ()
          Jakarta (ANTARA News) - Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin memprediksi bahwa akan ada peningkatan volume sampah sekitar 20 persen di kantong-kantong tempat berlibur. "Nanti ada peningkatan sampah hingga 20 persen," kata Unu saat ditemui di Balaikota DKI Jakarta, Rabu. Peningkatan tersebut sebagian besar akan terjadi di lokasi-lokasi liburan seperti Ragunan, Taman Mini Indonesia Indah, serta Ancol.  Sedangkan peningkatan secara keseluruhan di DKI Jakarta, termasuk karena acara Malam Bebas Kendaraan (Car Free Night), menurutnya hanya sampai 10 persen.
          "Kalau keseluruhan 10 persen, tapi ini kan baru prediksi. Bisa berkurang atau bertambah," katanya. Sedangkan untuk mengantisipasi kenaikan sampah, terutama pada acara Car Free Night, Unu menyebutkan akan mengerahkan 100 personel serta 14 truk sampah. "Untuk antisipasi, kami sudah menyiapkan 100 personel dan 14 truk sampah," katanya.
(Dny)
Editor: Suryanto





Pencemaran Limbah Industri di Citarum Makin Parah
Jumat, 29 Juni 2012, 11:25 WIB
Sampah di Sungai Citarum, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Lagi, persoalan limbah industri tekstil pada Sungai Citarum mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Limbah industri yang langsung dibuang ke aliran sungai tanpa proses instalasi pengolahan limbah mengancam puluhan hektar sawah, penyakit kulit, hingga penurunan kuantitas listrik pada waduk sepanjang Sungai Citarum.  Pencemaran itu terjadi di kawasan dekat hulu Citarum, di Kampung Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung. Sejumlah warga mengaku pasrah terhadap pencemaran Pabrik tekstil di sekitar kawasan tersebut.
          Sejumlah petani di Balekambang, Majalaya, Kabupaten Bandung, mengaku mengalami kondisi terparah dari pencemaran limbah tujuh pabrik di sekitar kawasan Balekambang. “Banyak pipa-pipa saluran limbah yang bocor ke areal sawah, tak jarang banyak padi yang rusak,” ujar Ojang (60 tahun), warga Balekambang, kemarin. Air Sumur, kata dia, juga kotor mengakibatkan penyakit gatal dan diare.
Menurut Ojang, keluhan ini telah seringkali disampaikan kepada pihak pabrik, namun tanpa ada itikad yang baik, kondisi ini terus terjadi hingga puluhan tahun. “mereka banyak sewa preman pabrik, kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tambahnya.
          Penurunan kualitas air Sungai Citarum akibat limbah sampah dan sedimentasi juga mengakibatkan peningkatan biaya perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Air Saguling. Total biaya perawatan perangkat waduk, mencapai Rp 1 miliar per tahun. “Sebab rata-rata, limbah yang tersaring berupa pasir dan material lain mencapai 4,2 juta meter kubik,” ungkap General Manager PLTA Saguling Eri Prabowo. Eri mengungkapkan, kondisi air citarum yang sangat tercemar, berdampak pada korosi bagian turbin waduk di Saguling.

          Ketua Komunitas Elingan Citarum, Deni Riswandana mengungkapkan, di kawasan Majalaya, sedikitnya terdata 139 indutri tekstil dan tenun yang membuang limbahnya langsung ke aliran Citarum. Deni menambahkan, secara luas, sekitar 1.500 industri yang berada di sekitar Daerah aliran Sungai Citarum , menyumbang 2.800 ton limbah untuk tiap harinya. “Semuanya merupakan limbah cair kimia bahan bahaya beracun (B3),” tegasnya.

Polusi Udara di Jakarta Sangat Buruk'
Minggu, 21 Oktober 2012, 17:58 WIB
       REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara di Jakarta meningkat pada 2012 dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan itu tak lepas dari meroketnya jumlah kendaraan pribadi di ibu kota. Direktur Eksekutif KPBB, Ahmad Safrudin mengatakan selain disebabkan lemahnya kontrol pemerintah dalam melakukan uji emisi kendaraan, semakin banyaknya kendaraan yang melintas di Jakarta menjadikan kualitas udara di Jakarta kian buruk. Diungkapkannya pada 2011 lalu, terjadi penambahan jumlah sepeda motor lebih dari enam juta unit di Jakarta. Ditambah kendaraan roda empat sebanyak empat juta unit lebih.
          Peningkatan volume kendaraan yang mencapai 12 persen per tahun itu tidak sebanding dengan pelebaran jalan yang hanya berkisar tiga hingga lima persen. Kondisi seperti itu, membuat kemacetan menjadi konsekwensi. Saat kemacetan terjadi, jelas Ahmad, polusi otomatis meningkat. Pasalnya, emisi gas buang kendaraan yang merayap berbeda 12 kali lipat dibanding saat kendaraan berjalan normal. Polusi tersebut memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup.
"Dibandingkan tahun 2010, 2011 itu melonjak drastis. Dari grafiknya mencapai 30-40 persen, artinya pencemaran udara meningkat drastis. Kayak partikel debu itu 70 persen dari kendaraan bermotor, kemudian hydro karbon dari kendaraan bermotor sebanyak 90 persen," kata Ahmad di Jakarta, Ahad (21/10).

Analisis :
Ketiga contoh di atas merupakan contoh kasus pencemaran lingkuran di 3 aspek yang berbeda, mulai dari udara, air, dan juga tanah. Banyak dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran tersebut, diantaranya :
·                     Kerusakan habitat flora dan fauna disekitarnya.
·                     Merusak sungai dan kehidupannya.
·                     Menimbulkan penyakit.
·                     Menggangu keseimbangan lingkungan.
·                     Merusak beberpa indra, seperti hidung dan mata.
·                     Mineral dalam tanah rusa
·                     kesuburan tanah berkurang dan bias menjadi tandus
·                     dll.
Melihat dampak yang ditimbulkan kita tentunya tidak ingin hal ini terjadi sehingga kita sebagai makluk Tuhan yang masih mempunyai hati dan pikiran seharusnya mulai bertindak untuk mengurangi polusi yang semakin lama semakin mengancam kelestarian lingkungan hidup. Banyak cara yang dapat kita lakukan.
·         kendaraan bermotor cobalah untuk mengurangi penggunaanya, untuk bepergian dengan jarak tempuh yang  jauh tidak ada salahnya sesekali kita bepergian dengan menggunakan kendaraan umum
·         menanam pohon atau tanaman apa saja, disarankan pohon yang rindang sedangkan untuk tanaman disarankan yang memiliki daun lebar
·         Kelola sampah dengan baik.
·         Mengurangi penggunaan detergen dan zat-zat kimia.
·         Menggalakkan program 3R.
·         Dll.
Memang masih bisa banyak yang bisa kita lakukan, namun kita harus mulai dulu dari hal kecil ke hal besar. Berbuat baik untuk mengurangi polusi, apa salahnya?


4. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
BERITA :
Walhi: perubahan iklim global ancam NTT
Kamis, 3 Mei 2012 06:23 WIB | 6482 Views
          Kupang (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Nusa Tenggara Timur Herry Naif, mengatakan hasil studi pengelolaan sumber daya alam yang adaptif dengan perubahan iklim di enam kabupaten di NTT, menyebutkan perubahan iklim global mengancam daerah ini. "Ini merupakan salah satu butir hasil studi pengelolaan sumber daya alam yang adaptif perubahan iklim yang dilakukan Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indoinesia (Walhi) wilayah NTT di Kupang, akhir Maret," katanya di Kupang, Kamis.
          Selain itu, kegiatan studi yang dilakukan di enam kabupaten di NTT yakni Kabupaten Manggarai Barat, Ende, Sumba Timur, Sumba Tengah, Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS) menyimpulkan bahwa kondisi lingkungan hidup di ke-6 kabupaten khususnya dan NTT pada umumnya sudah mengalami kemerosotan yang signifikan. "Hasil studi ini memperlihatkan dampak perubahan iklim akibat pemanasan global yang semakin masif dan mengancam kehidupan manusia NTT dan alam lingkungan," katanya.
          Ia mengatakan, lingkungan hidup selalu menjadi tumbal dari berbagai konsep dan praktik pembangunan yang menyimpang dari kelestarian lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan hidup di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Nusa Tenggara Timur pada khususnya dari hari ke hari bertambah parah, sehingga bencana alam seperti banjir dan kekeringan menjadi realitas yang tak terhindarkan, bahkan telah menjelma menjadi rutinitas yang telah merombak tata alamiah budaya alam.
          "Kemerosotan lingkungan hidup saat ini lebih disebabkan oleh pengarahan pembangunan yang tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dan masa depan generasi manusia yang akan datang," katanya. Dia lebih lanjut mengatakan, gejala eksploitasi yang masif terhadap sumberdaya alam secara terbuka pada kenyataannya telah mengarah pada tindakan pengerusakan dan pemusnahan ekosistem lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan.
          "NTT umumnya merupakan daerah yang tandus, kering dan tergolong miskin. Tetapi hampir semua program pembangunan kurang memperhatikan kelestarian alam lingkungan hidup," katanya. Di satu sisi pemerintah propinsi memprogramkan penanaman jagung dan ternak tetapi disisi lain izin pertambangan terus diterbitkan oleh pemerintah dengan beralaskan investasi dan ekonomi.
          Ia mengatakan, studi pengelolaan sumber daya alam yang adaptif perubahan iklim sengaja dilakukan untuk melihat sejauhmana responsif semua pihak terhadap perubahan iklim dan bagaimana mengatasi dampak-dampak yang diakibatkan oleh perubahan iklim global."Hasil studi yang telah dilakukan itu juga merekomendasikan kepada pemerintah baik propinsi maupun kabupaten di seluruh NTT agar memperhatikan secara serius masalah perubahan iklim ini," katanya.
          Walhi dengan lemebaga peduli lingkungan lainnya melakukan studi ini di tiga pulau di NTT seperti Sumba, Timor dan Flores dengan mengambil sampel setiap pulau dua kabupaten seperti pula Sumba (Sumba Timur dan Sumba Tengah), Flores (Manggarai dan Ende), Timor (Timor Tengah Utara atau TTU dan Timor Tengah Selatan atau TTS).Studi seperti ini dipandang penting untuk terciptanya rumusan ilmiah tentang model pengelolaan sumber daya alam yang adaptif perubahan iklim.(ANT)
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2012
Analisis :
Memang ancaman dari perubahan iklim global sudah sangat besar. Salah satu daerah yang merasakan itu adalah NTT. Dari berita di atas dapat diperoleh akibat setidaknya sbb.
·                     Hasil studi ini memperlihatkan dampak perubahan iklim akibat pemanasan global yang semakin masif dan mengancam kehidupan manusia NTT dan alam lingkungan
·                     kerusakan lingkungan hidup di Indonesia pada umumnya dan Propinsi Nusa Tenggara Timur pada khususnya dari hari ke hari bertambah parah, sehingga bencana alam seperti banjir dan kekeringan menjadi realitas yang tak terhindarkan, bahkan telah menjelma menjadi rutinitas yang telah merombak tata alamiah budaya alam.
Perubahan iklim global di NTT diakibatkan :
·                     lingkungan hidup selalu menjadi tumbal dari berbagai konsep dan praktik pembangunan yang menyimpang dari kelestarian lingkungan
·                     gejala eksploitasi yang masif terhadap sumberdaya alam secara terbuka pada kenyataannya telah mengarah pada tindakan pengerusakan dan pemusnahan ekosistem lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan.
·                     NTT umumnya merupakan daerah yang tandus, kering dan tergolong miskin. Tetapi hampir semua program pembangunan kurang memperhatikan kelestarian alam lingkungan hidup
Untuknya masih ada badan yang peduli terhadap ancaman tersebut yakni WALHI. Kita juga masih beruntung karena di daerah kita belum terjadi hal-hal yang sampai separah itu. Untuk itu kita harus tetap menjaga kondisi lingkungan kita. Segala aktivitas yang dapat membuat pemanasan global kita kurangi bahkan kalau bisa kita hilangkan, atau untuk mengobati yang sudah terluka kita dapat mulai melakukan hal kecil mulai dari penanaman pohon hijau dll.

5. INDUSTRIALISASI HUTAN
BERITA :
Hutan Jadi Kawasan Industri, Ribuan Warga di Karawang Terancam Tergusur
(ilustrasi: jibiphoto)
       KARAWANG: Ribuan keluarga yang bergantung terhadap keberadaan hutan di wilayah Telukjambe Timur dan Ciampel, Kabupaten Karawang terancam kehilangan mata pencariannya, menyusul akan dialihkannya kawasan hutan di daerah itu menjadi kawasan dan zona industri. “Di kawasan hutan dua kecamatan itu ada 10 LMDH (lembaga masyarakat desa hutan) yang di dalamnya terdapat ribuan keluarga. Mereka terancam kehilangan mata pencariannya jika kawasan hutan di daerah itu beralih menjadi industri,” kata Nace Permana, Ketua LSM Lodaya Karawang yang mendampingi LMDH, di Karawang, Jawa Barat, Jumat.Atas hal tersebut, pihaknya bersama ribuan masyarakat di Kecamatan Telukjambe Timur dan Kecamatan Ciampel menolak tegas pengajuan peralihan kawasan hutan menjadi industri yang disampaikan dua perusahaan ke pemerintah daerah setempat itu.
          Ia menilai perluasan kawasan dan zona industri di wilayah Telukjambe Timur dan Ciampel itu belum tentu menguntungkan masyarakat setempat.Sebab, kata dia, tidak seluruhnya warga setempat bisa bekerja di pabrik-pabrik yang berada di kawasan industri dan zona industri yang merupakan hasil peralihan dari kawasan hutan kawasan industri. “Kalau kawasan hutan itu beralih menjadi kawasan industri dan zona industri, sudah pasti akan merugikan masyarakat yang dulunya sebagai LMDH,” kata dia.
          Sementara itu, sebanyak 770 hektare hutan di Karawang akan beralih fungsi menjadi lahan industri, menyusul adanya dua perusahaan yang mengajukan perluasan areal kawasan industri dan zona industri di dua daerah tersebut.
Kepala Bidang Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan setempat, Edi Herdiyanto, sebelumnya, mengatakan, dua perusahaan itu masing-masing mengajukan 500 dan 270 hektare perluasan kawasan industri dan zona industri ke Pemkab Karawang. Menurut dia, ratusan hektare hutan yang kemungkinan akan menjadi lahan industri tersebut ialah kawasan hutan di wilayah Kecamatan Telukjambe Timur dan Ciampel. Dilihat dari rencana tata ruang wilayah Karawang, katanya, dua kecamatan tersebut cocok menjadi kawasan industri dan zona industri. Sebab wilayah Kecamatan Telukjambe Timur dan Ciampel diproyeksikan sebagai kawasan industri atau zona industri. Perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait di lingkungan Pemkab Karawang sendiri sudah menggelar rapat koordinasi mengenai adanya pengajuan perluasan kawasan industri dan zona industri tersebut.
          Ia menilai, realisasi perubahan kawasan hutan menjadi lahan industri masih membutuhkan waktu lama. Sebab cukup banyak tahapan atau kajian-kajian yang harus dilalui mengenai peralihan kawasan hutan menjadi kawasan dan zona industri. Tetapi dikatakannya jika nantinya terjadi peralihan ratusan hektare hutan, maka pihak perusahaan terkait wajib mencari ganti kawasan hutan itu. Dinas Pertanian dan Kehutanan Karawang sendiri berkeinginan agar penggantian kawasan hutan itu bisa dilakukan di Karawang.(yri)

Analisis :
Industrialisasi yang akan dilakukan di daerah Karawang mulai mengancam, warga. Warga akan banyak yang kehilangan tempat tinggal, lading, hingga mata pencaharian. Padahal mayoritas penduduk menggantungkan pendapatan perkapita mereka dari hutan tersebut. Jumlah hutan yang akan diindustrialisasikan juga cukup banyak untuk 2 buah perusahaan, yakni 770 hektar, 500 ha untuk A dan 270 untuk B. Padahal industrialisasi hutan mempunyai banyak dampak negative, diantaranya sbb.
  1. Urbanisasi
Terpusatnya tenaga kerja pada pabrik – pabrik di suatu daerah, sehingga daerah tersebut berkembang menjadi kota besar.
  1. Eksploitasi tenaga kerja
Pekerja harus meninggalkan keluarga agar bisa bekerja dimana industri itu berada.
  1. Perubahan pada struktur keluarga
Perubahan struktur sosial berdasarkan pada pola pra industrialisasi dimana suatu keluarga besar cenderung menetap di suatu daerah. Setelah industrialisasi keluarga biasanya berpindah pindah tempat dan hanya terdiri dari keluarga inti (orang tua dan anak – anak). Keluarga dan anak – anak yang memasuki kedewasaan akan semakin aktif berpindah pindah sesuai tempat dimana pekerjaan itu berada.
  1. Lingkungan hidup
Industrialisasi menimbulkan banyak masalah penyakit. Mulai polusi udara, air, dan suara, masalah kemiskinan, alat alat berbahaya, kekurangan gizi. Masalah kesehatan di Negara industri disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial politik, budaya dan juga patogen[7] (mikroorganisme penyebab penyakit)


6. EKSPLOITASI
BERITA :

Eksploitasi Hutan Di Sumsel

          EKSPLOITASI penebangan hutan alam terus berlangsung di kawasan hutan pantai timur Sumatera Selatan hingga kini. Melihat dari aktivitas pengangkutan yang berlangsung sepanjang hari, perusakan hutan tropis basah itu berlangsung besar-besaran di perbatasan provins Sumsel dan Jambi. Menurut aktivis Wahana Bumi Hijau (WBH), organisasi koalisi Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Sumsel, Aidil Fitri, penebangan pohon kayu alam yang dilakukan persuahaan perkebunan alam ini mencapai 2 juta meter kubik per tahun. Data yang dimiliki WBH (Walhi) di kawasan hektar.
          Di kawasan hutan Merang yang luasnya sekitar 200.000 hektare itu sedang berlangsung perusakan hutan tropis oleh belasan perusahaan perkebunan besar dan aktivitas penebangan liar –sebutan untuk masyarakat yang mengambil kayu tanpa izin dari pemerintah. Pemantauan WBH hari Sabtu (2/10), dalam perjalanan selama satu jam menggunakan speedboat ditemukan sembilan tongkang pengangkut kayu yang ditarik kapal tunda (tug-boat).   Muatan masing-masing tongkang berkisar 200 sampai 500 meter kubik, diangkut mengikuti aliran Sungai Merang. Kemudian, muatan ini dibongkar di lokasi penumpukan kayu gelondongan PT RHM (Rimba Hutani Mas) di Sungai Lalan atau sekitar 30 kilometer dari log-yard (tempat penimbunan balok) di hulu Sungai Merang.
          Hulu Sungai Merang berada di wilayah Jambi dan bermuara di Sungai Lalan yang terletak di wilayah Kecamatan Bayunglincir, Kabupaten Banyuasin. Menurut Aidil, semakin ke hulu alur sungai semakin sulit dilalui dan kerapan hutan semakin tinggi.      “Penebangan itu berlangsung terus menuju hulu,” kata Aidil. Kapal motor dan tongkang hanya bisa mencapai lokasi log-yard PT RHM, semakin ke hulu, alur sungai semakin kecil. Bervegetasi khas hutan gambut dan kondisi air jernih dan hitam kecoklatan.(srp/trj)

Sumber : 87.6 FM  TRIJAYA PALEMBANG

Analisis :
Eksplotasi yang terjadi di daerah Sumatra Selatan ini berlangsung cukup lama. Disimpulkan bahwa kuantitas kayu yang diambil juga banyak. Bukan hanya perusahaan saja yang mengekploitasi bahkan juga masyarakat itu sendiri. Padahal mereka tidak menyadari bahwa banyak dampak yang ditimbulkan oleh ekplotasi hutan tersebut, diantaranya sbb.

·                     Rusaknya hutan dapat mengancam habitat flora dan fauna yang ada serta dapat mengancam pula terhadap keberlangsungan hidup manusia yang menggantungkan hidupnya pada kekayaan yang terkandung dalam hutan.
·                     Pemanasan global yang saat ini melanda hampir seluruh belahan dunia, salah satunya karena rusaknya hutan dunia akibat ekploitasi hutan yang tidak terkendali.
·                     Saat musim hujan, air hujan yang turun dengan lebat bisa mengancam kehidupan. Karena hilangnya resapan air oleh hutan yang rusak, air hujan tersebut meluap tidak terkendali sehingga terjadilah banjir bandang.
·                     Tidak hanya banjir bandang, tanah longsor juga dapat terjadi saat musim hujan karena akar-akar pohon yang biasa mengikat tanah tidak lagi dapat mengikat dengan kuat. Tanah tidak mampu menampung banyaknya volume air yang ada sehingga terjadilah tanah longsor yang dapat mengancam kehidupan makhluk  di dunia.

Untuk itu sesegera mungkin ekplotasi hutan harus dihentikan, diperlukan kesadaran elemn masyarakat itu sendiri dan peranan yang juga tak kalah pentingnya yaitu pemerintah dan perusahaan.

0 komentar: