PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI
MASA
PRA-SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA
A.
MASA MENCARI, BERBURU, DAN MERAMU MAKANAN
Manusia
praaksara sudah bisa menggunakan alat bantu sederhana dalam mengumpulkan
makanan. Alat bantu itu terbuat dari batu yang diasah sederhana, tulang,
ataupun kayu. Pada masa berburu dan meramu, manusia purba menggunakan peralatan
sebagai berikut:
1.
Kapak Genggam. Merupakan
sejenis kapak yang terbuat dari batu, namun tidak bertangkai. Digunakan untuk memukul
bahan makanan, atau melempar binatang buruan serta mengorek tanah untuk mencari
umbi-umbian. Kapak genggam seperti ini banyak ditemukan di Pacitan, Jawa Timur.
Kapak genggam ini biasa juga disebut kapak penetak atau chopper.
2.
Alat serpih. Merupakan
alat-alat yang terbuat dari batu pipih yang diasah dan berukuran lebih kecil
dari kapak genggam, berfungsi sebagai alat untuk penusuk ataupun sebagai pisau.
3.
Alat-alat yang terbuat dari tulang dan kayu. Alat yang terbuat dari tulang biasanya berupa mata tombak,
yang bertangkai kayu, digunakan untuk berburu ataupun menangkap ikan.
4.
Pebble merupakan
alat semacam kapak genggam yang terbuat dari batu kali, ada juga yang berupa
batu penggilingan/pipisan yang digunakan untuk menghaluskan makanan.
5.
Anak panah/flake.
Digunakan untuk berburu dan mencari ikan. Dan dalam perkembangannya, manusia
purba jenis pithecanthropus erectus ternyata sudah mengenal api.
B.
MASA BERCOCOK TANAM DAN BETERNAK
Pada masa bercocok tanam, kebudayaan orang-orang purba
mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada masa ini terjadi revolusi secara
besar-besaran dalam peradaban manusia yaitu dari kehidupan food gathering
menjadi food producing. Sehingga terjadi perubahan yang sangat mendalam
dan meluas dalam seluruh penghidupan umat manusia.
C. MASA PERTANIAN
Mereka telah mengenal musim sehingga dapat dipastikan mereka
telah menguasai ilmu perbintangan (ilmu falak). Mereka juga telah menggunakan
alat-alat kehidupan yang halus seperti kapak persegi, dan kapak lonjong. Manusia telah mampu
menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar atau megalitikum (mega=besar;
lithos = batu). Yang dimaksud dengan bangunan megalit adalah bangunan-bangunan
yang dibuat dari batu-batu besar dan digunakan dalam hubungannya dengan kepercayaan
zaman pra sejarah. Bangunan megalit dibuat dari batu-batu besar yang sering
harus didatangkan dari tempat lain sebelum didirikan di suatu tempat yang
dipilih. Untuk dapat melaksanakan hal tersebut tentu telah dikerahkan sejumlah
besar tenaga. Walaupun pengerahan tenaga didasarkan atas asas gotong royong,
tetapi tentunya hanya dapat dilaksanakan jika pembuatan bangunan itu dirasakan
cukup penting oleh masyarakat.
Dalam kenyataannya
pembuatan bangunan megalit memang sesuatu yang menyangkut kepentingan seluruh
masyarakat yang membangunnya. Bangunan-bangunan megalit adalah
bangunan-bangunan yang sangat penting pada masa itu. Bangunan itu dibangun
untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan nenek moyang mereka.
Hasil-hasil budaya Megalitikum ialah sebagai berikut.
1.
Menhir, yaitu tugu dari batu tunggal.
Fungsinya sebagai tanda peringatan suatu peristiwa atau sebagai tempat pemujaan
roh nenek moyang. Karena itu menhir dipuja orang. Menhir ditemukan di berbagai
tempat di Indonesia, misalnya di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Kalimantan.
2.
Dolmen, yaitu meja batu, yang fungsinya
sebagai tempat meletakkan sajian untuk pemujaan roh nenek moyang. Jadi dianggap
sebagai tempat pemujaan. Kecuali sebagai meja untuk meletakkan sesaji, ada juga
dolmen yang dipergunakan sebagai peti
mayat. Bangunan ini oleh penduduk disebut: “makam Cina”. Pada temuan dolmen ini terdapat tulang-tulang manusia. Kecuali itu, juga ditemukan benda-benda lain seperti periuk, gigi binatang, porselin dan pahat dari besi. Benda-benda itu dianggap sebagai bekal bagi yang meninggal di dunia baru. Dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur, terutama
di daerah Bondowoso.
mayat. Bangunan ini oleh penduduk disebut: “makam Cina”. Pada temuan dolmen ini terdapat tulang-tulang manusia. Kecuali itu, juga ditemukan benda-benda lain seperti periuk, gigi binatang, porselin dan pahat dari besi. Benda-benda itu dianggap sebagai bekal bagi yang meninggal di dunia baru. Dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur, terutama
di daerah Bondowoso.
3.
Sarkofagus atau keranda yaitu peti batu
besar bentuknya seperti palung/lesung dan diberi tutup. Fungsinya sebagai
kuburan atau peti mayat. Di dalamnya ditemukan tulang-tulang manusia bersama
bekal kuburnya. Bekal kubur ini berupa periuk-periuk, beliung persegi dan
perhiasan dan juga benda-benda perunggu dan besi. Daerah temuan yang paling
banyak ialah Bali. Hampir di setiap desa ditemukan Sarkofagus. Di Bali, sampai
sekarang Sarkofagus masih dianggap keramat dan dianggap mengandung suatu
kekuatan magis.
4.
Kubur Batu, yaitu kuburan dalam tanah
dimana sisi samping, alas, dan tutupnya diberi semacam papan-papan dari batu.
Fungsinya untuk mengubur mayat. Hanya bentuknya berbeda dengan dolmen dan
Sarkofagus. Dolmen dan Sarkofagus dibuat
dari batu utuh yang kemudian dibuat peti. Sedangkan kubur batu dibuat
dari lempengan batu, yang disusun menjadi peti. Kubur batu ini banyak ditemukan
di daerah Kuningan, Jawa Barat.
5.
Punden Berundak, yaitu bangunan dari
batu yang disusun bertingkat. Fungsinya sebagai pemujaan roh nenek moyang.
Bangunan ini merupakan prototype (bentuk pendahuluan) dari candi. Punden
Berundak antara lain ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.
6.
Arca, yaitu bangunan dari batu. Ada yang
berbentuk manusia dan yang berbentuk binatang (merupakan perwujudan dari roh
nenek moyang). Arca dari megalitik bentuknya sangat sederhana dan kasar. Arca
yang berbentuk manusia umumnya digambarkan manusia secara utuh atau setengah
badan. Sedangkan arca-arca yang berbentuk binatang yang digambarkan seperti
gajah, kerbau, harimau dan monyet. Untuk membuat arca dipilih batu yang
bentuknya mirip dengan arca yang akan dibuat. Jadi, tidak banyak dari bagian
batu itu yang dibuang dan bentuk aslinya sering-sering masih jelas. Arca itu banyak ditemukan di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu yang terkenal ialah Batu Gajah, yaitu sebuah patung batu besar dengan gambaran seorang
yang sedang menunggang binatang.
Selain itu, alat-alat yang dibuat dari batu, seperti kapak
batu halus dengan beragai ukuran kapak batu dengan ukuran kecil yang indah
digunakan sebagai mas kawin, alat penukar, atau alat upacara; Alat-alat yang
dibuat dari tanah liat sangat berhubungan erat dengan adanya proses kimia,
yaitu proses pencampuran tanah liat, penjemuran, dan teknik-teknik
pembakarannya. Gerabah sudah dibuat dengan warna-warni dan dengan hiasan yang
beraneka ragam. Seperti hiasan dari anyaman kain yang menunjukkan bahwa nenek
moyang kita sudah mengenal tulisan.batu itu yang dibuang dan bentuk aslinya sering-sering masih jelas. Arca itu banyak ditemukan di daerah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Salah satu yang terkenal ialah Batu Gajah, yaitu sebuah patung batu besar dengan gambaran seorang
yang sedang menunggang binatang.
4. MASA PERUNDAGIAN
Teknologi
dapat dilihat dari pembuatan alat-alat pada masa itu. Terlebih lagi teknologi
tersebut terlihat pada masa penggunaan alat-alat dari logam. Hal ini disebabkan
karena teknik yang digunakan untuk membuat alat-alat dari logam tersebut
diadopsi dari teknik membuat logam di daratan Cina; Logam digunakan sebab
penggunaan alat bercocok tanam dari logam lebih efisien selain itu memiliki
nilai artistik yang lebih tinggi jika dibandingkan alat-alat dari batu.
Adapun cara pembuatannya ada dua teknik, yaitu :
1.
Teknik bivolve, yaitu cetakan yang
terdiri dari dua bagian, kemudian diikat dan ke dalam rongga dalam cetakan itu
dituangkan perunggu cair. Cetakan tersebut kemudian
dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
dilepas dan jadilah barang yang dicetak.
2.
Teknik a cire perdue (membuat model
benda dari lilin). Benda yang akan dicetak
dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi
lubang. Setelah itu dibakar, maka lilin akan meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi
dengan cairan perunggu; sesudah dingin perunggu membeku dan tanah liat dibuang maka jadilah barang yang dicetak
dibuat dari lilin atau sejenisnya, kemudian dibungkus dengan tanah liat yang diberi
lubang. Setelah itu dibakar, maka lilin akan meleleh. Rongga bekas lilin tersebut diisi
dengan cairan perunggu; sesudah dingin perunggu membeku dan tanah liat dibuang maka jadilah barang yang dicetak
Zaman logam sendiri dibagi menjadi tiga zaman, yakni:
a. Zaman TembagaPada masa ini manusia sudah mampu mengolah logam tembaga yang sesuai dengan entuk- bentuk peralatan yang dibutuhkannya, seperti periuk, belanga dan sebagainya.
b. Zaman Perunggu
Pada masa ini manusia sudah mampu membuat peralatan dari perunggu. Perunggu merupakan logam campuran antara tembaga dengan timah.
Hasil-hasil kebudayaan perunggu
di antaranya:
1.
Nekara Perunggu Nekara adalah semacam
genderang dari perunggu yang Berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya
tertutup, jadi kira-kira sama dengan dandang yang ditelungkupkan. Nekara yang
ditemukan di Indonesia ada yang mempunyai ukuran besar dan ukuran kecil. Nekara
yang ditemukan di Pejeng, Bali adalah nekara dalam ukuran besar. Nekara ini
bergaris tengah 160 cm dan tinggi 186 cm. Benda ini sekarang disimpan di pura
Panataransasih, Gianyar, Bali. Nekara ini sangat dipuja oleh masyarakat. Tidak
semua orang dan setiap waktu orang bisa melihatnya karena nekara ini dianggap
barang suci, yang hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, yaitu dengan
cara ditabuh untuk memanggil arwah atau roh nenek moyang. Nekara perunggu
banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Pulau Sangean dekat Sumbawa, Roti,
Leti, Selayar, dan Kepulauan Kei. Di Alor banyak pula terdapat nekara, tetapi
lebih kecil dan ramping daripada yang ditemukan di lain tempat. Nekara yang
demikian itu, biasa disebut moko, dan sangat dihargai penduduk sebagai barang
pusaka atau mas kawin. Hiasan-hiasan pada nekara itu sangat indah berupa
garis-garis lurus dan bengkok,
pilin-pilin dan gambar geometris lain nya, binatangbinatang (burung, gajah,
merak, kuda, rusa), rumah, perahu, orangorang berburu, tari-tarian, dan lain-lain.
Dari berbagai lukisan kita mendapat gambaran tentang penghidupan dan kebudayaan
yang ada pada masa itu.
2.
Kapak Corong
Kapak Corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga Kapak Corong atau Kapak Sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Irian dekat Danau Sentani. Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang memiliki panjang satu sisi disebut candrasa, bentuknya sagat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval atau juga dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda (double spiral).
Kapak Corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong. Maka, kapak ini disebut juga Kapak Corong atau Kapak Sepatu. Kapak corong ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar dan di Irian dekat Danau Sentani. Bentuk kapak ini sangat banyak, jenisnya ada yang kecil, ada yang besar disertai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya. Kapak Corong yang memiliki panjang satu sisi disebut candrasa, bentuknya sagat indah dan penuh hiasan. Fungsinya sebagai tanda kebesaran dan alat upacara keagamaan. Kadang-kadang kapak tersebut dihiasi gambar-gambar mata yang oval atau juga dengan ragam hias garis-garis geometris dan pilin berganda (double spiral).
3.
Bejana Perunggu Bejana ditemukan di tepi
Danau Kerinci dan di Madura bentuknya seperti periuk, tetapi langsung dan
gepeng. Keduanya mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa
gambar-gambar geometri dan pilinpilin yang mirif huruf J. Pada Bejana di Madura
dihiasi dengan gambar burung merak dan rusa dalam kotak-kotak segitiga. Selain
di Madura dan Kerinci, Bejana seperti ini juga ditemukan di Pnom Penh
(Kamboja), maka tidak dapat disanksikan lagi bahwa kebudayaan logam di
Indonesia memang termasuk satu golongan dengan kebudayaan logam Asia yang
berpusat di Dongson itu. Itulah sebabnya, zaman perunggu di Indonesia ini lebih
dikenal dengan nama Kebudayaan Dongson.
4.
Arca-arca Perunggu Arca Perunggu yang
ditemukan berupa arca yang menggambarkan orang yang sedang menari, berdiri,
naik kuda, dan ada yang sedang memegang panah. Ada juga yang menggambarkan binatang antara kuda dan
kerbau, tetapi semua arca bentuknya
kecil-kecil, yaitu berukuran 5 – 15 cm. Arca tersebut ditemukan di Bangkinang
(Riau), Lumajang, Bogor, dan Palembang.
5.
Perhiasan Perunggu Selain Kapak Corong
dan Nekara banyak pula bendabenda lainnya dari zaman perunggu yang didapatkan,
sebagian besar berupa barangbarang perhiasan, seperti gelang, binggel (gelang
kaki), anting-anting, kalung, dan cincin. Benda-benda itu ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang. Banyak perhiasan
yang ditemukan sebagai bekal kubur. Di samping benda-benda perunggu, zaman
logam juga menghasilkan barang-barang dari besi meskipun jumlahnya tidak
banyak. Jenis barang-barang besi yang dibuat pada zaman logam antara lain
kapak, sabit, pisau, tembilang, pedang, cangkul dan tongkat.
c. Zaman BesiPada masa ini, alat-alat kehidupan manusia sudah meningkat lagi, disamping dibuat dari tembaga dan perunggu banyak sudah yang terbuat dari besi. Manusia telah dapat melebur biji-biji besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan kebutuhannya, seperti mata kapak, mata pisau, tombak, cangkul dan sebagainya.
3 komentar:
makasi :D
emang pr anak sma kali ni :D ;D
Thank brother
Kurang mengerti
Posting Komentar